HTML

HTML/JavaScript

Sabtu, 26 Maret 2016

Kuliner Indonesia di Tiongkok, Sayur asem pakai lemon


Kuliner Indonesia di Tiongkok, sayur asem pakai lemon

Kuliner nusantara dapat dijumpai salah satu pusat ekonomi Tiongkok yaitu kota Shanghai. Salah satunya adalah sayur asem di restoran Bumbu.
Sayur asem di restoran Bumbu sama dengan yang dinikmati sehari-hari di Tanah Air, hanya saja, sensasi rasa asam, harus ditambahkan sendiri dengan mencampurkan perasan irisan lemon ke dalam sayur asem. Maklum, buah asam Jawa tidak ada di Tiongkok.
"Rasanya tidak bisa digambarkan nyata. Ada asam, manis dan pedas. Enak dan menarik," ungkap Liu Zhuohi, saat menyantap sayur asem pesanannya. 
Bumbu baru satu setengah tahun berdiri, namun telah banyak pencinta kuliner nusantara baik masyarakat Indonesia, masyarakat Tiongkok maupun Eropa, datang ke restoran tersebut.
Terletak di jantung kawasan belanja Nanjing Xi Lu, berdekorasi minimalis dengan ragam ornamen Indonesia, "Bumbu" juga menawarkan orek tempe, ayam bakar, batagor, kudapan rempeyek teri dan kacang, serta lainnya.
Restoran lain adalah Bali Bistro, yang pendiriannya dirintis mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu. Kala itu pada 2002 Mari Elka dan belasan ibu-ibu sering kebingungan menyajikan makan besar untuk para petinggi dari Jakarta. Juru masak yang jadi andalan hanya Mari Elka yang piawai memasak nasi rawon dan soto ayam.
Akhirnya belasan ibu-ibu yang tergabung dalam IBAS (Indonesian Business Association of Shanghai) menggagas dibukanya restoran Indonesia, dengan nama "Bali Bistro".
Gado-gado, tahu kipas, sayur asem, sop buntut, nasi uduk komplit, ayam bakar, ikan bakar Jimbaran, rendang, nasi goreng dan masih banyak lagi jadi sajian di Bali Bistro.
Begitu pun dengan sajian minumannya, ada es teh manis, cendol, serta minuman khas Indonesia lainnya. 
"Saya berharap kuliner Indonesia dapat dikenal masyarakat Tiongkok, dan melalui Shanghai, kuliner Indonesia bisa semakin di kenal masyarakat dunia," kata Mari Elka kala itu.
Bali Bistro pun meraih gelar "Best South- East Asian" pada gelaran penghargaan Food and Drink Award 2015 dan menjadi salah satu restoran Asia yang layak ikut dalam Pekan Restoran Tiongkok musim semi 2016.
 
"The great food, and romantic decor". Indonesia have a great food," ungkap Ilona, wanita Shanghai, tentang kesannya bersantap siang di Bali Bistro.
 

Kuliner Nusantara di Tiongkok

Jejak kuliner nusantara di Tiongkok juga terdapat di Beijing, Guangzhou dan Hong Kong. Di Beijing, jejak kuliner nusantara ditandai dengan kehadiran Restoran Padang.
Meski menyandang nama "Padang" namun, restoran ini tidak saja menyajikan menu masakan Padang, tetapi juga masakan khas Indonesia lainnya seperti Soto Bandung, plecing kangkung, dan lainnya.
 
Bahkan disajikan pula aneka masakan Tiongkok.
"Kami ingin lebih memperkenalkan Indonesia melalui kulinernya, melalui restoran ini," kata Asisten Direktur Restoran Padang Evan wu Wen Long.
Ada pula kedai kuliner tradisional Indonesia "NomNom", yang banyak dikunjungi pelajar dan mahasiswa Indonesia di Beijing. Bahkan menjadi favorit mereka. Cita rasanya, sangat Indonesia.
 
Kini, "NomNom" untuk sementara memanjakan lidah penikmat kuliner Indonesia melalui layanan pesan antar. Rendang, soto betawi, soto ayam, ayam goreng kremes, bakwan sayur, menjadi salah satu sajian kuliner Indonesia yang tawarkan NomNom.
Bergeser ke Guangzhou, kuliner tradisional Indonesia disajikan Restoran Pandan Indonesia yang telah memiliki tiga cabang serta restoran Lombok yang telah memiliki dua cabang di kota yang sama.
"Pandan Indonesia" hadir sejak 2005 mengobati rindu masyarakat Indonesia akan kuliner Indonesia.
Dengan dekorasi yang nyaman dan minimalis, resto ini memanjakan lidah pengunjungnya dengan beragam kuliner nusantara plus nasi putih dan nasi uduk.
 
Mie ayam dan bakso menjadi menu lain yang disajikan Pandan Indonesia, lengkap dengan aneka kerupuk dan emping serta teh botol baik dalam bentuk kemasan kotak 250ml maupun botol.
Begitu dengan Lombok, yang hadir dengan aneka kuliner khas Indonesia.
 
Kehadiran restoran Indonesia mulai dari yang berskala restoran hingga warung nasi di gang-gang kota, terdapat di Hong Kong. Tidak sulit untuk mendapatkan bumbu untuk menyajikan kuliner Indonesia dengan rasa otentiknya.
Penikmat kuliner tradisional di Hong Kong pun tidak hanya warga Indonesia, tetapi juga warga asing dari segala penjuru dunia mengingat Kong Kong adalah pusat perdagangan, jasa, keuangan, terbesar, sekaligus penghubung terbesar antara Asia dan Eropa.
  


0 komentar:

Posting Komentar