Tak ada secuil kekurangan yang kentara dari fisik Bulan, 13 bulan. Namun,
kecemasan sang Bunda membuat bocah yang sering melontarkan senyum manis itu
mendapat asupan multivitamin setiap hari. Apalagi di musim hujan seperti ini,
Tanti, 28 tahun, begitu khawatir buah hatinya jatuh sakit. Ibu rumah tangga
yang tinggal di Bekasi ini membayangkan kepanikan yang harus dialaminya jika
kondisi itu terjadi. Maka, ia pun mengambil langkah sedia payung sebelum hujan.
Agar tak sakit, bocah itu dicekoki suplemen multivitamin. Apalagi, ia terpesona
berbagai iklan produk suplemen multivitamin di layar kaca.
Karena itulah, dr Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed pun meminta para ibu untuk hati-hati. Spesialis anak ini menyebutkan, suplemen itu bermanfaat hanya untuk orang berusia 65 tahun ke atas. Atau orang-orang yang dalam kondisi tertentu, seperti menopause, mengalami gangguan makan, menjalani diet rendah kalori. Juga mereka yang perokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan diet khusus, tengah merancang kehamilan, mempunyai kelainan metabolisme, atau penyerapan makanan dalam tubuh.
Ia mengungkapkan, anak dan perempuan sering kali menjadi korban dari berbagai produk suplemen. Dengan membidik pasar kaum Hawa, di pasar saat ini telah beredar berbagai produk yang bisa mencegah banyak hal, misal penuaan, osteoporosis. Padahal, penggunaan antioksidan--dengan kandungan vitamin A, E, dan lain-lain--secara berlebihan bisa berujung pada kematian.
Dokter yang bertugas di Kemang Medical Care, Jakarta Selatan, ini menyatakan, tak hanya anak-anak yang harus dicermati dari penggunaan suplemen, orang dalam kondisi tertentu pun harus lebih hati-hati. Misalnya, ibu menyusui, ibu hamil, atau menderita penyakit tertentu, seperti hipertensi, penyakit jantung, tiroid, diabetes, memiliki riwayat stroke, glaukoma, pembekuan darah, depresi, penyakit jiwa, epilepsi, parkison, pembesaran prostat, dan transplantasi organ.
Ia pun menyindir sebuah produk yang mengandung kolustrum. "Bayangkan, berapa sapi yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut," ujarnya. Menurut dokter yang biasa disapa Wati ini, vitamin dan mineral memang berperan penting dalam kelangsungan proses kegiatan sel-sel dalam tubuh. "Tapi, hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil," ujarnya. Hanya ada beberapa gangguan yang muncul akibat kekurangan vitamin, tapi berlebihan juga bisa berbahaya.
Wati menjelaskan, kelebihan vitamin yang larut dalam air--vitamin B dan C--dapat membuat beban kerja ginjal berlebihan sehingga fungsinya terganggu atau menyebabkan penumpukan dan muncullah batu ginjal. Sedangkan kelebihan vitamin larut lemak--vitamin A, D, E, dan K--bisa membebani hati yang bisa memicu gangguan fungsi hati, problem pembekuan darah, serta keracunan vitamin.
Bayangkan bila kondisi tersebut harus dihadapi anak-anak akibat ia dijejali suplemen terus-menerus. Padahal, saat ini banyak ibu yang ingin anaknya doyan makan sehingga ia membeli suplemen khusus pendongkrak nafsu makan. Padahal, kata Wati, suplemen sejenis itu belum terbukti efektif meningkatkan nafsu makan. "Dalam dunia kedokteran, belum ada yang namanya perangsang nafsu makan," ia menegaskan. Lagi pula, suplemen bukan obat yang harus menjalani uji klinis sehingga kita tidak tahu persis efektivitas dan keamanannya.
Mayoritas ibu pun ingin anaknya memiliki daya tahan super sehingga membeli suplemen khusus yang diiklankan mempunyai kemampuan menaikkan kekebalan tubuh. Wati dengan tegas menyebutkan, tidak ada obat untuk sistem imun. "Kalau tidak, kan sudah digunakan buat (penanganan) HIV," ujarnya. Hal senada juga diungkapkan spesial anak dr Zakiudin Munasir dalam kesempatan berbeda.
Zaki menyebutkan, sistem kekebalan tidak bisa diatur dengan satu hal. Walhasil, anak itu tidak perlu diberi asupan untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena yang penting ialah asupan bergizi dan seimbang. Kekebalan, seperti halnya organ tubuh lain, memerlukan modal untuk bekerja. Nah, sajian bernutrisi lengkap dan seimbanglah yang bisa mendongkrak sistem kerjanya. Wati pun menyarankan para ibu untuk menyediakan bahan-bahan makanan yang kaya vitamin dan berbagai zat yang berguna seperti tubuh, seperti serat, protein dan fitokimia. Ingat pula hasil penelitian American Academy Pediatrics (AAP) yang menyebutkan pemberian suplemen vitamin terlalu dini, justru dapat meningkatkan risiko timbulnya alergi dan asma pada anak. Walhasil, maunya anak selamat, malahan jadi menderita. Bukankah orang tua juga yang merana?
Karena itulah, dr Purnamawati S. Pujiarto, SpAK, MMPed pun meminta para ibu untuk hati-hati. Spesialis anak ini menyebutkan, suplemen itu bermanfaat hanya untuk orang berusia 65 tahun ke atas. Atau orang-orang yang dalam kondisi tertentu, seperti menopause, mengalami gangguan makan, menjalani diet rendah kalori. Juga mereka yang perokok, mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan diet khusus, tengah merancang kehamilan, mempunyai kelainan metabolisme, atau penyerapan makanan dalam tubuh.
Ia mengungkapkan, anak dan perempuan sering kali menjadi korban dari berbagai produk suplemen. Dengan membidik pasar kaum Hawa, di pasar saat ini telah beredar berbagai produk yang bisa mencegah banyak hal, misal penuaan, osteoporosis. Padahal, penggunaan antioksidan--dengan kandungan vitamin A, E, dan lain-lain--secara berlebihan bisa berujung pada kematian.
Dokter yang bertugas di Kemang Medical Care, Jakarta Selatan, ini menyatakan, tak hanya anak-anak yang harus dicermati dari penggunaan suplemen, orang dalam kondisi tertentu pun harus lebih hati-hati. Misalnya, ibu menyusui, ibu hamil, atau menderita penyakit tertentu, seperti hipertensi, penyakit jantung, tiroid, diabetes, memiliki riwayat stroke, glaukoma, pembekuan darah, depresi, penyakit jiwa, epilepsi, parkison, pembesaran prostat, dan transplantasi organ.
Ia pun menyindir sebuah produk yang mengandung kolustrum. "Bayangkan, berapa sapi yang dibutuhkan untuk membuat produk tersebut," ujarnya. Menurut dokter yang biasa disapa Wati ini, vitamin dan mineral memang berperan penting dalam kelangsungan proses kegiatan sel-sel dalam tubuh. "Tapi, hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil," ujarnya. Hanya ada beberapa gangguan yang muncul akibat kekurangan vitamin, tapi berlebihan juga bisa berbahaya.
Wati menjelaskan, kelebihan vitamin yang larut dalam air--vitamin B dan C--dapat membuat beban kerja ginjal berlebihan sehingga fungsinya terganggu atau menyebabkan penumpukan dan muncullah batu ginjal. Sedangkan kelebihan vitamin larut lemak--vitamin A, D, E, dan K--bisa membebani hati yang bisa memicu gangguan fungsi hati, problem pembekuan darah, serta keracunan vitamin.
Bayangkan bila kondisi tersebut harus dihadapi anak-anak akibat ia dijejali suplemen terus-menerus. Padahal, saat ini banyak ibu yang ingin anaknya doyan makan sehingga ia membeli suplemen khusus pendongkrak nafsu makan. Padahal, kata Wati, suplemen sejenis itu belum terbukti efektif meningkatkan nafsu makan. "Dalam dunia kedokteran, belum ada yang namanya perangsang nafsu makan," ia menegaskan. Lagi pula, suplemen bukan obat yang harus menjalani uji klinis sehingga kita tidak tahu persis efektivitas dan keamanannya.
Mayoritas ibu pun ingin anaknya memiliki daya tahan super sehingga membeli suplemen khusus yang diiklankan mempunyai kemampuan menaikkan kekebalan tubuh. Wati dengan tegas menyebutkan, tidak ada obat untuk sistem imun. "Kalau tidak, kan sudah digunakan buat (penanganan) HIV," ujarnya. Hal senada juga diungkapkan spesial anak dr Zakiudin Munasir dalam kesempatan berbeda.
Zaki menyebutkan, sistem kekebalan tidak bisa diatur dengan satu hal. Walhasil, anak itu tidak perlu diberi asupan untuk meningkatkan daya tahan tubuh karena yang penting ialah asupan bergizi dan seimbang. Kekebalan, seperti halnya organ tubuh lain, memerlukan modal untuk bekerja. Nah, sajian bernutrisi lengkap dan seimbanglah yang bisa mendongkrak sistem kerjanya. Wati pun menyarankan para ibu untuk menyediakan bahan-bahan makanan yang kaya vitamin dan berbagai zat yang berguna seperti tubuh, seperti serat, protein dan fitokimia. Ingat pula hasil penelitian American Academy Pediatrics (AAP) yang menyebutkan pemberian suplemen vitamin terlalu dini, justru dapat meningkatkan risiko timbulnya alergi dan asma pada anak. Walhasil, maunya anak selamat, malahan jadi menderita. Bukankah orang tua juga yang merana?
0 komentar:
Posting Komentar